Disini hanya ada dua musim Pak; panas dan panas sekali,” kelakar Yusar Laya, Direktur PDAM Kabupaten Bone Bolango (Bonbol) saat menyambut Majalah Air Minum yang terus memicingkan mata akibat terpaan sinar matahari yang cukup garang, siang itu. Secara umum, di Provinsi Gorontalo–yang termahsyur sebagai penghasil jagung itu—memang beriklim panas, dengan rata-rata suhu berkisar 27 derajat Celcius – 33 derajat Celcius.

Meski demikian, Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Gorontalo tersebut menawarkan ketenangan sekaligus optimisme. Optimisme itu terutama tampak di wajah-wajah para karyawan PDAM Bonbol yang notabene masih “hijau” alias berusia muda. Benar, secara usia PDAM ini baru menginjak enam tahun. Ia baru resmi berstatus sebagai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) pada 8 Agustus 2011 sebagai peralihan status Badan Pengelola Air Minum (BPAM).

Kala itu, PDAM yang merupakan pemekaran dari PDAM Kabupaten Gorontalo baru mempunyai 1 Kantor Pusat, 9 Kantor Unit. Menurut sang Direktur, praktis diawal berdirinya, PDAM Bonbol nyaris tidak punya apa-apa. Beberapa Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada dalam kondisi rusak, begitu juga jaringan perpipaan. Bahkan jumlah sambungan yang ada hanya berjumlah 1.225 SR. “Kita di sini benar-benar seperti membuat PDAM baru, dengan asset dan semua perangkat yang serba terbatas,” ujar Yusar Laya, di ruang kerjanya, Senin (4/9).

Tekad Bangkit

Kondisi yang demikian parah memang dirasakan amat berat, baik bagi karyawan dan terutama pimpinan. Karena itu, Direktur yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PERPAMSI Gorontalo dipaksa memutar otak dan mengerahkan segenap potensi yang ada untuk bangkit. Minimal mengoptimalkan operasional PDAM, syukur-syukur bisa menjadi PDAM maju, sejajar dengan PDAM lain yang sudah lebih dulu maju.

Hal pertama yang dilakukan adalah menambah jumlah sambungan dan membangun instalasi serta jaringan perpipaan yang rusak. Dan, itu harus dilakukan ditengah kondisi PDAM yang tidak punya uang. “Akhirnya kita akali. Saya berusaha pinjam, jadinya pelan-pelan bisa kita atasi,” sambungnya.

Berpengalaman sebagai karyawan di PDAM Kabupaten Gorontalo dengan sejumlah jabatan pernah diduduki, praktis membuat Yusar Laya memiliki asset berupa relasi dengan banyak pihak. Itu pula yang dimanfaatkan untuk membangun PDAM Bonbol. Sejumlah bantuan berhasil didapat. Di antaranya pembangunan IPA berkapasitas 50 liter per detik yang merupakan IPA terbesar di luar IPA Kota Gorontalo.

Dengan pembangunan IPA tersebut, PDAM Bonbol dapat semakin leluasa menambah jumlah sambungan pelanggan. “Tahun ini target penambahan sambungan kita 3.000. Rinciannya, 2.500 sambungan dari program hibah air minum, dan 500 sambungan untuk yang regular. Alhamdulillah saat ini target sudah hampir tercapai, yakni total sudah 2.500 sambungan, gabungan antara program regular dan program hibah,” terangnya.

Membangun Kebanggan

Pagi itu, terlihat karyawan PDAM Bonbol tengah menjalani apel pagi. Lantunan lagu Mars dan Hymne PERPAMSI terdengar begitu fasih dinyanyikan segenap karyawan dan direksi. Seragam hitam dengan sejumlah emblem yang dikenakan mengeluarkan kesan gagah. Para karyawan terlihat bangga mengenakannya.

Rupanya pemandangan itu merupakan representasi dari roh pembangunan yang melandasi segenap elemen PDAM Bonbol dalam bekerja. Hal ini pula yang sering diamanatkan pemilik PDAM kepada direksi. “PDAM harus sehat dan menjadi kebanggan daerah,” demikian Bupati Bone Bolango, Hamim Pou sering berpesan dalam setiap kesempatan.

Ada tiga aspek mendasar yang dilaksanakan PDAM Bonbol untuk membangun kebanggan, yaitu kualitas pelayanan, optimalisasi potensi, dan sumber daya manusia yang kapabel. Dengan pendekatan ini pula, “hanya” dalam kurun enam tahun sejak berdiri sebagai PDAM, Tirta Bone Bolango berhasil membalik status dari PDAM Sakit menjadi Sehat.

Upaya-upaya ditempuh demi meningkatkan kualitas pelayanan. Paling utama adalah pelaksanaan prinsip 3K, yakni kualitas, kuantitas, dan kontinuitas penyediaan air minum. “Kami berusaha maksimal memberikan pelayanan 1×24 jam. Walaupun masih ada keterbatasan tapi kami selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik,” ujar Yusar Laya.

Hal senada disampaikan Kepala Bagian Teknik, Hamdi Pambi. Menurutnya, jika ada masalah dalam pelayanan, tim PDAM akan berjibaku menyelesaikan sesegera mungkin. “Kami sebisa mungkin menyelesaikan masalah dengan cepat dan tuntas. Kalau masalah belum teratasi, bisa semalaman kami tidak pulang. Dan itu biasanya ditunggui langsung oleh Pak Direktur,” ujar Hamdi.

Bukan hanya di bidang teknik, PDAM Bonbol juga berupaya memberikan kemudahan kepada pelanggan dalam hal pembayaran rekening. Tujuannya tak lain agar para pelanggan bisa membayar dengan tepat waktu. “Saya menggalakkan pentingnya kedisiplinan pembayaran dengan menyediakan mobil yang bisa melayani para pelanggan PDAM agar mudah melakukan pembayaran. Juga kami menyediakan system pembayaran online. Ini bahkan sudah mulai kami lakukan sejak 2013 lalu. Saya rasa di Gorontalo ini kami yang pertama menggunakan system online,” ujar Yusar bangga.

System berbasis online ini dirasakan cukup efektif mengurangi “kebocoran” dana akibat dicolong ataupun membengkaknya tunggakan. Untuk semakin memperkuat aspek pelayanan, kini telah dibangun pula Geographic Information System (GIS) dan tinggal menunggu waktu untuk dioperasikan. Tidak lupa, direktur yang memang gandrung terhadap bidang Information Technology (IT) juga membangun Web Service guna semakin meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan dan stakeholder lainnya.

Aset SDM

Selain membangun fisik infrastruktur, amanat Bupati itu diantaranya juga diejawantahkan dalam bentuk pembangunan karakter sumber daya manusia (SDM) di PDAM. Salah satu langkah berani yang dilakukan Direktur adalah dengan mengirimkan karyawannya secara massif untuk mengikuti diklat kompetensi seperti di Yayasan Pendidikan Tirta Dharma (YPTD). Dari tingkat muda dan tingkat madya.

“Kami termasuk PDAM yang berani mengikutsertakan semua kepala bagian, kepala seksi, dan kepala unit ke diklat manajemen air minum di YPTD. Hampir semuanya sudah saya ikutsertakan diklat. Saya genjot mereka karena kalau hanya berpikir mengurus PDAM di sini ya hanya akan begini-begini saja. Tetapi begitu mereka dikirim keluar, wawasan mereka pasti bertambah,” ujar Yusar Laya.

Upaya tersebut disambut baik para karyawan. Bahkan, mereka menjadi termotivasi untuk ikut memberikan yang terbaik bagi PDAM. “Untuk masalah pengembangan diri, Pak Direktur tidak khawatir bahwa kami ini akan menjadi saingan. Sepanjang itu dapat mendongkrak kapasitas dan kapabilitas karyawan, dia akan kasih. Saya bahkan pernah ditawari untuk ikut seleksi fit and proper test ketika ada salah satu daerah di Gorontalo ini membuka lowongan direksi, ya walaupun kemudian saya tidak bersedia,” ujar Anwar Badjarat, Kepala Seksi Hubungan Pelanggan.

“Malahan, disetiap apel pagi, para karyawan yang sedang manjalani pendidikan, misalnya kuliah atau pendidikan lainnya, selalu ditanyakan perkembangannya. Kalau perlu bahkan diberi target untuk segera menyelesaikannya. Ini untuk memotivasi,” sambung Kepala Bagian Keuangan, Rivo Hiola.

Disadari betul bahwa SDM merupakan asset tak ternilai. Maka, pembangunan karakter karyawan berikut kapabilitasnya untuk menangani bidang perairminuman menjadi sebuah investasi yang tak ternilai bagi PDAM Bonbol. Namun demikian, tak kalah penting adalah semangat untuk bekerja keras yang ditunjukkan para karyawan itu sendiri. “Karena ini PDAM baru, teman-teman karyawan pun masih muda-muda, sehingga mereka masih mau untuk diajak bekerja keras,” ujar Yusar Laya.

Dengan sinergi yang ditunjukkan oleh semua elemen, dari direksi hingga karyawan, pelan tapi pasti kesejahteraan pun mulai bisa ditingkatkan. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, para karyawan mengaku bahwa standar gaji di PDAM Bonbol menjadi yang kedua terbesar di antara PDAM-PDAM yang ada di Provinsi Gorontalo.

Dukungan Penuh

Filosofi bahwaanak akan tumbuh sesuai lingkungan yang diciptakan oleh orang tuanya, rasanya berlaku pula di PDAM Bonbol. Yusar Laya mengaku, tidak mungkin pihaknya dapat leluasa membuat terobosan-terobosan untuk membangkitkan PDAM–hingga membalik statusdari Sakit menjadi Sehat–tanpa adanya dukungan penuh pemerintah daerah, atau lebih spesifik Bupati sebagai pemilik.

Dukungan yang dimaksud tidak lain berupa investasi dalam bentuk penyertaan modal, regulasi-regulasi yang mendukung, dan tak kalah penting independensi direktur dalam mengelola PDAM. “Intinya, Bupati menyerahkan sepenuhnya pada saya sejak awal saya dilantik. Jadi, kami disini independen,” tukas Yusar.

Modal dukungan itu pula yang memunculkan optimism bahwa masalah-masalah yang masih membelit dapat segera teratasi. Secara obyektif sang direktur mengakui, masih banyak masalah yang harus diselesaikan. Misal, masih lemahnya tekanan air dibeberapa titik pelayanan, khususnya di wilayah Tapa. Ia menargetkan agar tahun depan masalah tersebut sudah tidak ada lagi.

Yusar juga bermimpi PDAM yang sudah tujuh tahun dipimpinnya dapat segera menghasilkan air yang siap minum di semua titik, tanpa kecuali. Modal untuk itu pun sudah ada. Salah satunya kualitas sumber air baku yang masih terjaga, karena secara geografis, 60 persen wilayah Kabupaten Bone Bolango terdiri dari hutan lindung. Semoga! (Rois Said/wartawan majalah air minum)

Dikutip dari Majalah Air Minum edisi 265, Oktober 2017